Minggu, 07 Februari 2010

Merancang Masa Depan

Tulisan ini pernah ditulis di sebuah Notes di Facebook milik Iqbal Taftazani.



Terinspirasi dengan tulisan sesorang yang menuliskan rencana masa depannya, juga di notes di jejaring sosial ini.

Dalam beberapa kali, sering penulis tuliskan status di jejaring sosial ini yang secara eksplisit menerangkan rencana masa depan. Namun seketika itu penulis hanya bisa tertawa kecil atau paling tidak senyum-senyum sendiri. Mengapa ? Karena hampir setiap comment yang ada mesti mengarah pada suatu hal yang orang sering bilang pernikahan. :D


Memang tidak salah comment-comment tersebut, hanya saja terasa sempit saja jika masa depan hanya berujung pada satu kata pernikahan.


Namun demikian, pernikahan, kata berimbuhan yang berkata dasar nikah dengan imbuhan per-an, adalah satu kata yang luar biasa bagi kalangan temen-temen penulis di waktu dulu dan sekarang. Beberapa temen dan saudara telah menjalaninya, dan beberapa lagi akan segera menjalaninya. Penulis teringat dengan sebuah nasyid dari Justice Voice dengan judul Rumus Canggih, pada salah satu bagian syairnya, kata 'P E R N I K A H A N' disebutkan dengan sebuah penekanan khusus dalam melantunkannya.


Kembali ke masa depan, teringat pula pada saat penulis menjadi salah satu bagian dari kepanitian musyawarah sebuah organisasi di tingkat propinsi DIY dulu, di mana saat Pembukaannya dulu ditampilkan sebuah Munsyid yang membawakan nasyid Merancang Kerja, yang penulis lupa siapa pelantun aslinya. Di bagian awal dari nasyid itu : " Rancang dengan apa yang ada di tangan..." Ya, merancang kerja dimulai dengan yang ada di tangan kita sekarang. Dimulai dengan melihat apa yang kita punya sekarang, apa yang menjadi modal kita sekarang. Merancang sama artinya dengan merencanakan, dalam bahasa Inggris adalah Plan. 

Dalam beberapa kesempatan, penulis sering mendapatkan pelatihan tentang perencanaan. Rencana haruslah SMART (specific, measurable, achieveable, reliable, time oriented -- ada juga yang menyebutkan time passed). Aa' Gym pernah mengatakan "Jika kita gagal merencanakan, maka kita telah membuat renncana untuk gagal." Bahasa kerennya If You Fail to Plan, it means You Plan to Fail. Begitulah kekuatan sebuah rencana. Sekecil apapun rencana, pasti akan ada gunanya. Apalagi rencana masa depan :D

Dalam sebuah film (Indonesia) yang pernah penulis tonton, berjudul Mengejar Matahari, pada bagian awal film ada sebuah prolog: "kehidupan dimulai dari akhir." Start from the end. Dalam membuat rencana pun harus demikian. Rencana haruslah berorientasi pada akhir apa yang akan dituju.



Merencanakan masa depan pun demikian. Dalam merencanakan masa depan, kita harus dapat membayangkan akhir yang seperti apakah yang kita harapkan ? Sehingga jika kita telah mempunyai bayangan tentang akhir kita, maka kemudian di-break down secara mundur ke belakang dari akhir kita. Sehingga dengan demikian kita mempunyai sebuah rencana bagi masa depan kita.

Namun demikian, tidak ada salahnya jika mengkombinasikan berbagai teknik dalam pembuatan rencana. Salah satunya adalah dengan membuat rencana yang berjangka, baik jangka pendek, menengah dan panjang. Tetapi yang tetap harus ada adalah akhir apa yang kita inginkan ? Dalam kata yang lain apa Visi (tujuan akhir) kita ? salah satu metode yang biasa digunakan adalah metode kerangka ikan. Yang terbagi dalam tulang kepala, tulang belakang, dan bagian ekor.

Pada dasarnya beberapa metode pembuatan rencana pada intinya adalah sama. Tinggal mana yang kita pilih saja, yang sesuai dengan kebiasaan kita saja. Namun bila belum terbiasa, penulis boleh menyarankan untuk membuat rencana yang berjangka waktu. Menurut penulis pembuatan rencana dengan metode itu tidak terlalu sulit.

Penulis teringat dengan perkataan sorang ustadz, yang semoga Allah merahmatinya, "Ketika meninggal nanti, kamu ingin dikenang sebagai apa?" "Apakah seorang ahli maksiat?", "Seorang koruptor?", "Seorang kyai?" "atau apa?"

Perkataan itu sedikit banyak membuat penulis kembali melihat rencana masa depan yang telah penulis buat sebelumnya bersama dengan seorang sodara yang sekarang berjuang di tanah seberang. Semoga Alloh merahmatimu dan juga istrimu. Penulis melihat kembali apa yang telah dirancang pada waktu itu, merefleksikan dengan yang telah terjadi, mengevaluasi kenapa ada beberapa rencana yang belum tercapai, kemudian memperbaiki rencana yang sudah tertulis, sehingga ketidakberhasilan pada fase yang lalu tidak terulang kembali di kemudian hari.

Membuat rencana (masa depan) bukanlah hal yang sulit, sebab kita hanya melihat kejadian yang terjadi di hari lalu, dan menuliskan apa yang akan kita lakukan di hari ini, esok dan seterusnya. Satu hal lagi yang penulis kira cukup penting, siapkan alat tulis atau jika kita terbiasa membawa notebook, netbook atau bahkan BB kemanapun kita pergi, tuliskan kejadian yang kita alami, sehingga pada saatnya nanti ketika melihat kembali rencana yang telah dibuat, maka akan mudah dalam melakukan evaluasi. Dan yang tak kalah pentingnya menurut penulis, hendaknya rencana itu secara berkala kita lihat kembali. Dievaluasi dan sekiranya perlu ada revisi rencana, lakukan segera revisi itu. 

So, what should to do next?
Start write your plan right now !!!

Wallahu a'lam

(disarikan dari pengalaman penulis, lisan agung orang tua, para ustadz, saudara, dan banyak lagi)

Pangkal Pinang, 28 Juli 2009, 6 Sya'ban 1430 H
Dituliskan kembali di blog ini ketika penulis sedang di Jogja.

4 komentar:

  1. "Namun seketika itu penulis hanya bisa tertawa kecil atau paling tidak senyum-senyum sendiri. Mengapa ? Karena hampir setiap comment yang ada mesti mengarah pada suatu hal yang orang sering bilang pernikahan. :D"

    katanya kalau kita dalam keadaan terdeprivasi, atau istilahnya deprived condition..yg arti simplenya dalam kebutuhan yang amat sangat..maka kita akan peka pada hal2 yg berhubungan dengan apa yg kita deprivasikan itu. Mungkin yang ngasih comment sedang dalam terdeprivasi untuk menikah.. :)

    BalasHapus
  2. @haqeem : ohohoho gt ya... :) thanks for sharing

    BalasHapus

silakan berkomentar :)