Senin, 19 Juli 2010

Karena Satu Titik (posisi) Begitu Berharga (bagian satu)


Ada beberapa teman tanya, "Mas koq blognya jarang nulis tentang ilmu sampeyan to." "Ilmu apa ?" tanya saya lagi. Saya sudah berpikir ke ilmu kanuragan yang saya miliki. Dia bilang "Ya ilmu yang mas pelajari dulu waktu kuliah." "Oalah ilmu itu to, tak pikir ilmu kanuragan je. Ya nanti lah suatu saat nanti." jawab saya sekenanya.
***

Dari pertanyaan masa lampau itu muncullah ide saya untuk nulis postingan ini. Jika beberapa waktu yang lalu saya nulis tentang pekerjaan saya yang sering keliling Indonesia. Untuk kali ini saya akan menulis tentang sedikit ilmu yang saya dapatkan ketika kuliah dan akhirnya kerjaan saya sekarang juga nyambung dengan ilmu kuliah saya dulu. Topik kali ini tentang Global Positioning Systems aka GPS.

Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kebanyakan orang sudah mengetahui apa itu GPS, bahkan hampir semua pernah mengoperasikannya. Bahkan dalam beberapa kali saya pernah dikejutkan oleh ibu-ibu arisan yang janjian ketemua untuk arisan di asbuah lokasi berdasarkan posisi lintang dan bujur. Ckckck... hebat euy.. :)

Sebenarnya istilah GPS sendiri merupakan sebuah brand yang dimiliki oleh United States Department of Deffence atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Mereka menggunakan GPS sebagai salah satu instrumen pertahanan mereka dengan memanfaatkan sinyal satelit untuk mengetahui posisi (dinyatakan dalam koordinat lintang dan bujur), atau bisa juga dinyatakan dalam koordinat Easting dan Northing.

GPS adalah sebuah sistem. Sebuah sistem baru dapat bekerja setelah ada komponen-komponen lain yang berfungsi saling mendukung. Dalam GPS terdapat tiga komponen, dalam bahasa teorinya di sebut segmen GPS.


Segmen pertama adalah Segmen Angkasa, atau Space Segment. Dalam space segment ini mencakup satelit dan orbit satelit. Periode orbit satelit setiap 12 jam, jarak orbit satelit ke bumi sejauh 20200 km. Untuk saat ini terdapat 32 satelit GPS (milik Amerika), dan beberapa satelit posisi milik negara lain. 

Segmen kedua adalah Segmen Sistem Kontrol atau Control System Segment, dalam hal ini adalah stasiun pengontrol satelit yang ada di orbit. Segmen terakhir adalah Segmen Pengguna, atau User Segment. Pada segmen inilah kita berada.

Segmen pertama dan kedua seperti yang disebut di atas adalah segmen yang tidak bisa diutak-atik oleh segmen ketiga. Karena segmen pertama dan kedua adalah tempat di mana pemilik sistem berkuasa atas sitem yang dimiliknya. Dalam hal ini hanya pemilik sistem yang bisa melakukan modifikasi pada segmen pertama dan kedua.

Pada segmen pertama di atas saya sebutkan ada negara lain yang juga memiliki satelit posisi. Yups, memang benar ada negara lain yang punya, antara lain Russia dengan nama sistemnyaGLONASS, China dengan nama sistem COMPASS dan Uni Eropa dengan nama sistem GALILEO. Dalam waktu yang tidak lama lagi India juga akan meluncurkan satelit posisinya. Indonesia kapan ya... Hmm... Namun, di Indonesia, saat ini dapat menerima sinyal satelit GPS dan GLONASS. Indoensia belum bisa menangkap sinyal Compass. Sedangkan Galileo baru akan diluncurkan sekitar tahun 2013 nanti.


Karena ada beberapa negara lain yang juga meluncurkan satelit posisinya, penggunaan istilah GPS dirasa kurang tepat, sebab GPS sendiri merupakan sietem posisi dengan brand dari Amerika Serikat. Maka sekarang dikenal lah istilah GNSS atau Global Navigational Satellite Systems. Selanjutnya alat yang digunakan untuk menentukan posisi atau untuk menunjukkan jalan yang digunakan di mobil, yang dikenal sebagai GPS, lebih tepat jika kita menyebutnya sebagai Receiver GNSS.

Yang diutamakan penentuan posisi menggunakan Receiver GNSS adalah akurasi, ini berlaku untuk kebutuhan yang bersifat teoritis dan teliti. Namun untuk sekedar kebutuhan menunjukkan arah dan pemetaan kasar, terkadang akurasi bisa diabaikan. 

Nilai akurasi yang didapatkan saat menggunakan receiver GPS bisa bervarisai, sangat tergantung pada alat yang digunakan dan juga sistem pemetaan yang digunakan. dalam istilah survey pemetaan, dikenal istilah penentuan posisi secara absolut, dan relatif. Penentuan posisi secara absolut adalah dengan menggunakan satu unit receiver GNSS, untuk penentuan posisi secara relatif menggunakan minimal dua receiver GNSS. Adapaun akurasi yang dihasilakan, untuk penentuan posisi absolut bisa dihasilkan akurasi sekitar 3-5 meter. Sedangkan untuk penentuan posisi secara relatif bisa dihasilkan akurasi dibawah 1 cm.

Akurasi penentuan posisi juga sangat tergantung segmen pertama dan kedua di atas. Sebab untuk saat ini, kita masih sangat tergantung pada pihak penyedia satelit posisi tersebut. Seperti pernah terjadi saat perang dingin, di mana pada saat itu Amerika melakukan Selective Availability (SA), yakni melakukan modifikasi pada satelit GPS atau pada stasiun pengontrol satelit sehingga akurasinya mencapai 100 m. Hal ini mengakibatkan semua receiver GPS yang digunakan mengalami penyimpangan sejauh 100 m. Namun pada tahun 2000, Bill Clinton, Presiden Amerika saat itu memerintahkan untuk me-non aktifkan SA.

Bukan tidak mungkin pada masa-masa mendatang, SA akan diaktifkan kembali oleh Amerika.
(bersambung)


Sumber : 
1. H. Z. Abidin, 2010
2. Leica Geosystem (www.leica-geosystems.com)
3. PT Almega Geosystems (www.almega-geosystems.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan berkomentar :)