Hikmah dan Pelajaran dari Perang Khandaq*

cover buku

Perang Khandaq atau perang Ahzab adalah salah satu perang besar yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat menghadapi kaum Qurays, di mana dalam peperangan tersebut juga ada kaum munafiq yang menghembuskan isu-isu yang melemahkan semangat para pejuang Muslimin. Selain itu pada masa perang Khandaq Madinah sedang dilanda musim dingin dan gagal panen, sehingga secara tidak langsung hal itu termasuk bisa melemahkan poisisi kaum Muslimin.

Berikut adalah hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari perang Khandaq

1. Yahudi dan Kejahatannya

Sejarah perang ahzab adalah dari Yahudi bani Nadhir yang terusir dari Madinah, dan memanfaatkan suku Aus dan Khazraj yang telah berseteru sejak lama. Perseteruan antara suku Aus dan Khazraj itu juga ulah dari Yahudi yang senantiasa memcah belah suku pribumi yang mendiami Madinah. Bukan tanpa tujuan peresetruan itu di buat. Tujuannya adalah tidak lain untuk mendapatkan keuntungan, di antaranta keuntungan secara finansial, karena Yahudi lah yang mempersenjatai masing-masing suku. Yahudi bani Quraizhah dan bani Nadhir ada dibalik suku Aus, dan bani Qainuqa ada di belakang suku Khazraj. Selain itu jika pribumi Madinah saling berperang dan banyak korban, maka populasi pribumi Madinah akan sedikit, dan akan memuluskan jalan Yahudi secara politik dan ekonomi untuk menguasai Madinah. Oleh karena itu, ummat Islam harus berhati-hati terhadap kaum Yahudi.

2. Koalisi Kebathilan

Koalisi dalam perang ahzab muncul akibat dari kesombongan dan dan kedengkian terhadap Islam dan ajarannya. Tabiat Yahudi tidak akan lepas dari melakukan penggalangan kekuatan kebathilan sebesar-besarnya untuk menghancurkan kebenaran.

3. Perintah untuk Senantiasa Waspada

Selama ada yang memproklamasikan diri sebagai pihak yang berjuang di jalur yang haq, baik sebagai pribadi ataupun institusi, maka harus siap menghadapi segala risiko yang ada, termasuk risiko yang paling berat sekalipun. Termasuk disini adalah tersebarnya berita negative yang menimpa Rasulullah. Ummat Islam diharuskan waspada sehingga tidak termakan isu yang berkembang saat itu.

4. Urgensi Musyawarah dan Keberkahannya

Kedudukan musyawarah dalam amal Islami adalah sebuah keniscayaan. Musyawarah adalah cara terbaik melibatkan seluruh asset internal yang dimiliki oleh kaum Muslimin, yakni berupa akal. Dalam musyawarah di perang hazab, Rasulullah bisa mengukur tingkat keterlibatan sahabat dan perasaan sahabat, bahasa tubh para sahabat dan variabel sekunder lainnya yang ada pada para sahabat. Musyawarah juga mengajarkan semangat kolektivitas dan kebersamaan.

5. Pentingnya Keteladanan di Jalan Dakwah

• Tawadhu’, semua pasukan rasulullah dari bermacam latar belakang dan usia dapat berkomunikasi dengan baik kepada Rasulullah karena ketawadhu’annya. à berlaku dalam musyawarah, bahwa karena katawadhuanNya, maka musyawarah tidak dimonopoli oleh pemimpin, tetapi justru para sahabat lah yang memberikan usulan dan ususlan sahabat lah yang menjadi keputusan musyawarah.
• Turun ke lapangan, sebagai pemimpin, Rasulullah memberikan keteladana, yakni juga turun bersama para sahabat membangun parit untukmenghadang musuh.
• Cinta dan simpati yang dalam, sabda Rasul : Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mencintai kalian dan kalian mencintainya.
• Urgensi kekuatan fisik bagi seorang pemimpin, usia rasul saat itu adalah 58 tahun, dan masih memiliki kekuatan yang prima untuk memecah batu yang sempat menghalangi pembangunan parit hanya dengan tiga kali pukulan martil.
• Optimis dengan pandangan visioner, di dalam perang ahzab dengan musuh yang banyak justru Rasulullah menyampaikan sebuah mimpi, kelak Romawi, Syam, Yaman dan Persia akan jatuh ke tangan kaum Muslimin.

* Bagian pertama, diambil dari buku Manajemen Gerakan Dakwah di Masa Krisis, Belajar dari Sejarah Perang Khandaq (Drg. Sukhri Wahid, Al - I’tishom)

*cover buku diambil dari sini.