Selasa, 03 Agustus 2010

Karena Satu Titik (posisi) Begitu Berharga (bagian dua)

Pada episode sebelumnya saya tuliskan sekelumit tentang apa itu GPS, GNSS dan segala tetek bengek teoritisnya. Untuk episode kali ini akan saya tuliskan tentang instrumen yang biasa digunakan untuk penentuan posisi.

Secara umum, instrumen untuk penentuan posisi (baca = receiver GNSS) terbagi dalam dua kelas besar. Yakni receiver navigasi dan receiver geodetik. Mungkin bahasa itu dirasa agak asing. Hehehe :) Pada dasarnya keduanya sama-sama digunakan untuk penentuan posisi. Beda antara keduanya selain pada harga instrumen, adalah pada hasil akurasi dari penentuan posisi tersebut. 


Receiver navigasi biasa digunakan untuk keperluan tracking dan penunjukan posisi, seperti yang digunakan dalam kendaraan dan sarana transportasi lainnya. Karena untuk kebutuhan itu tidak perlu akurasi yang tinggi. Selain itu receiver tipe ini biasa juga digunakan untuk pemantauan posisi kendaraan. Seperti yang digunakan oleh sebuah produsen minuman bersoda terkenal di Indonesia. Di setiap truk pengangkut minuman tersebut telah dilengkapi dengan seperangkat receiver GNSS yang dilengkapi dengan modul GSM. Modul GSM itu sendiri telah dirangkaikan dengan receiver GNSS. Receiver GNSS berfungsi untuk menentukan posisi keberadaan truk. Sedang modul GSM digunakan untuk menginformasikan posisi keberadaan truk secara periodik kepada kantor pusat. Dengan demikian kantor pusat dapat memonitor posisi keberadaan truk sehingga kemungkinan penyelewengan yang dilakukan oleh driver truk dapat diminimalisasi.


Hal serupa juga diaplikasikan oleh sebuah perusahaan otobus dengan trayek besar Solo-Purwokerto-Cilacap yang memasang tulisan bahwa bus tersebut telah dilengkapi dengan teknologi GPS (GNSS) untuk memonitor keberadaan bus. Sebuah perusahaan transportasi besar yang dikenal dengan warna biru dan lambang sayap burung juga menggunakan teknologi ini.

Sedang, receiver geodetik lebih banyak digunakan untuk keperluan ilmiah. Dengan menggunakan receiver geodetik bisa mendapatkan akurasi yang sangat baik, di mana akurasi yang dihasilkan bisa mencapai milimeter. Salah satu aplikasi yang biasa menggunakan receiver tipe geodetik adalah penentuan titik kontrol. Salah satu sampel titik kontrol adalah titik kontrol yang berada di kawasan Bunderan UGM Jogja. 



Titik kontrol semacam itu digunakan untuk banyak keperluan, salah satu yang cukup mendasar adalah untuk memntukan batas. Seperti yang pernah dilakukan adalah penentuan tapal batas antara Indonesia dan Timor Leste. Penentuan batas ini dilakukan dengan cara menentukan titik koordinat batas yang telah disepakati bersama oleh kedua negara di meja perundingan. Kemudian dari titik koordinat tersebut diterapkan di lapangan. Titik di lapangan tersebut ditandai dengan sebuah patok (pilar). Dari sebaran pilar tersebut kemudian masing-masing patok (pilar) saling dihubungkan, dan itulah tanda batas antar kedua negara.

Selain aplikasi batas di darat, receiver GNSS Geodetik juga dapat digunakan untuk menentukan batas daerah yang berupa perairan, yakni dengan membuat pilar di kedua daratan masing-masing daerah (disebut titik pangkal perairan). Selanjutnya dari titk-titik pangkal tersebut, dengan metode penentuan batas yang tertentu dapat ditentukan batas antara kedua daerah, tentu saja dengan memperhatikan aspek kenampakan fisik lainnya. Secara lengkap bisa dipelajari dari sini. 

Memang GPS/GNSS mempunyai peranan yang cukup penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja sayangnya Indonesia masih dalam tahap sebagai user/pengguna. Suatu saat nanti saya yakin Indoensia pun punya peranan yang tidak hanya sekedar sebagai pengguna.

Referensi : I Made Andi Arsana. (www.madeandi.staff.ugm.ac.id)
Sumber foto : koleksi pribadi, dan dari sini.

1 komentar:

  1. wah..wah...ternyata kang iqbal seperti itu pekerjaannya..mantap je...

    BalasHapus

silakan berkomentar :)