Jumat, 30 April 2010

Antara Lo, Kamu dan Anda (Refleksi Pemahaman Berbahasa Kita)



Saya pernah diberitahu seorang teman saya bahwa antara Lo, Kamu dan Anda memiliki perbedaan. Saya awalnya tidak percaya 100% dengan perkataan teman saya. Sebab ya artinya sama saja, yakni menyebut orang kedua tunggal (ingat khan pelajaran bahasa Indonesia tentang orang pertama, kedua dan ketiga baik tunggal maupun jamak). Hehehe malah bicara pelajaran bahasa Indonesia nih.

Tapi semenjak saya berada di kota ini, saya jadi cukup percaya dengan teman saya tadi bahwa antara Lo, Kamu dan Anda memiliki perbedaan. Dan saya rasa pembaca semua juga sudah tahu apa perbedaan diantara ketiganya.



Lo, kata ini biasa dipakai untuk menyebut orang kedua tunggal. Idiom ini sering terdengar dalam obrolan orang-orang di Jakarta. Saya sendiri tidak tahu, apakah ini bahasa Betawi atau bukan. So correct me if I am wrong ya :) . Dalam penjelasan teman saya, Lo memiliki arti, jika kita menggunakan idiom ini berarti kita memanggil orang lain (dalam hal ini orang kedua tunggal : lawan bicara) sebagai orang yang akrab dan sering bergaul dengannya sehari-hari.

Kamu, kata ini sering digunakan oleh pasangan muda-mudi yang status di FBnya biasa tertuliskan *in a relationship*. Kamu berpasangan dengan Aku. Dalam perbincangan sehari-hari, mereka (pasangan muda-mudi) menggunakan bahasa Aku dan Kamu. Dan ketika mereka sudah larut dalam obrolan, biasanya mereka merasa bhawa dunia seisinya milik mereka berdua saja. Hehe (lebaydikitdotkom).

Sedangkan Anda yang berpasangan dengan Saya, biasanya digunakan dalam pergaulan yang bersifat resmi. Bisa dalam komunkasi antara sesama  pegawai dalam satu kantor atau dalam komunikasi resmi lainnya. Biasanya orang-orang menyebutkan bahwa perbincangan dengan Anda dan Saya adalah yang peling ribet. Hehe, tidak tahu kenapa, memang bahasa ini jarang sekali digunkanan dalam perbincangan sehari-hari, kecuali dalam momen resmi saja.

Pembaca boleh tidak percaya dengan tulisan saya di atas, boleh juga percaya dengan tulisan itu, hanya saja itulah yang (kadang) terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak ada paksaan dalam beragama, begitu kata Allah dalam Al Qur'an. Dalam kaitan tulisan ini tidak ada paksaan dalam pemahaman berbahasa kita. Hehe

Orang boleh saja menggunakan bahasa sesuai dengan pemahaman mereka, karena pada dasarnya bahasa adalah salah satu perangkat dalam komunikasi. Asalkan tujuan komunikasi dapat tercapai, yakni menyampaiakan informasi dari komunikator kepada komunikan, meski dengan bahasa yang dirasa asing. Karena pada intinya dalam komunikasi adalah sama-sama paham. Sama ketika saya menggunakan bahasa Inggris ketika berbicara dengan principal dari Singapura. Meski dengan grammar dan vocab yang terbatas, asalkan sama-sama paham akan maksud pembicaraan maka tak jadi masalah.

Nabi saja ketika berdakwah diperintahkan menggunakan bahasa kaumnya. Ya, itulah inti komunikasi, yakni berbahasa sesuai dengan tingkat pemahaman yang diajak berbicara. 


Itulah mengapa di sekolah diajarkan berbahasa yang baik dan benar. Memang berbahasa yang baik dan benar terkesan 'njelimet', sampai-sampai banyak orang menyepelekannya. Padahal pada intinya, pelajaran bahasa itu ada untuk meningkatkan pemahaman dalam berbahasa,  sehingga ketika di pergaulan yang lebih luas memiliki pemahaman bahasa yang cukup, dan dapat menempatkan diri sebaik-baiknya dalam masyarakat. Pada akhirnya nanti,  kita dapat diterima masyarakat dengan baik, dimanapun kita berada.

Wallahu a'lam.

Sumber gambar di sini juga di sini.

8 komentar:

  1. Ralat : Kata Allah dalam Al Quran. :) antara Lo dan Kamu menurut ane masalah kebiasan saja, siapapun yang mengeluarkan dan kepada siapa lawannya. Jadi ingat, ane dibilang si sopan karena masih menggunakan kata "saya" dan menyebut nama sbg kata ganti kedua tunggal, ini hanya krn kebiasaan, bahkan disaat ane sedikit emosi (baca : marah hehe) tp gak masalah jg jika lawan bicara pke Lo dn gua.. hhe.. asal tdk ada miskomunikasi dlm pembicaraan. Salam.

    BalasHapus
  2. @mb dian : syukron sudah berkunjung, sudah dikoreksikan juga ralatnya :D
    intinya adalah jangan sampe miskomunikasi ;)

    BalasHapus
  3. panjenengan ?
    sampeyang eh sampeyan ?
    ente ?
    anta ?
    anti ?
    antum ?

    BalasHapus
  4. @adib : hohoy... bisa jadi tuh, tema postingan berikutnya :D
    hehe

    BalasHapus
  5. Hadis Mevlana: biasa mas mesti ada yang perlu diedit sedikit...*mungkin pas nulis terlalu semangat sampe keserimpet nulisnya...hayooo cari yang mana yang salah ketik*

    BTW curhat dikit: saya paling bete kalau ada yang menyapa saya dengan antum, ente, akhi hehehehe :D

    BalasHapus
  6. jadi menurut lo??

    mari kita budidayakan bahasa indonesia yang baik dan benar.. :D

    BalasHapus
  7. tergantung lawan bicaranya sepertinya sih
    kadang saya, aku, anda, lo, situ, kowe, njenengan, sampeyan, rika, mbekna...

    BalasHapus
  8. saya bukan anak gahol jakarte, juga bukan anak muda mudi yang lagi in relationship, trus jarang juga ngemeng sama atasan (kan ga 24 jam jadi karyawan).. jadi sy pake yg mana dunk? hihi..

    sy sendiri kalo ngobrol sebisa mungkin menghindari kata "kamu" untuk orang kedua seringnya manggil pake namanya orang tersebut. dunno, rasanya lebih sopan aja gitu.. :D
    misalnya, "kamu lagi ngapain"? rasanya lebih enak bilang (misalnya namanya Dini) "Dini lagi ngapain"? hehhe..
    tapi beda orang beda kebiasaan siy yak, yg ponting komunikasi bisa tetap jalan, tanpa ada yg merasa tersungging ^^

    BalasHapus

silakan berkomentar :)